Tanda Malam Lailatul Qadar
1- Keadaan matahari di pagi hari, terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru
Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
هِىَ
اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ
لاَ شُعَاعَ لَهَا.
“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh
(dari bulan Ramadhan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya
matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala
penjuru.” (HR. Muslim no. 762)
2- Kedaan malam tidak panas, tidak juga dingin, matahari di pagi harinya tidak begitu cerah nampak kemerah-merahan
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan,
tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari
bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18: 361. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no. 5475)
Namun tanda tersebut tak perlu dicari-cari. Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah berkata,
وَقَدْ وَرَدَ لِلَيْلَةِ الْقَدْرِ عَلَامَاتٌ أَكْثَرُهَا لَا تَظْهَرُ إِلَّا بَعْدَ أَنْ تَمْضِي
“Ada beberapa dalil yang membicarakan mengenai tanda-tanda lailatul
qadar. Namun itu semua tidaklah nampak kecuali setelah malam tersebut
berlalu.” (Fath Al-Bari, 4: 260)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tidak mencari-cari tanda. Yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah memperbanyak ibadah saja di akhir-akhir Ramadhan,
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: – كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ –
صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ
اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ,
وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-sungguh
dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan
malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya
untuk beribadah.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)
3. Udara dan angin sekitar terasa tenang. Tanda ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan Ath Thoyalisi.
"Dari Ibnu Abbas RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, 'Lailatul
qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas,
juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan
nampak kemerah-merahan.” Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh atau terpercaya.
4. Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan
ketenangan dan kelezatan dalam beribadah. Tidak seperti ibadah pada
hari-hari lainnya.
5. Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya seperti terjadi pada sebagian sahabat Rasulullah SAW.
Tanda Seseorang Mendapatkan Malam Lailatul Qadar
Syaikh Khalid Al-Mushlih hafizhahullah menyatakan bahwa
tidak ada tanda khusus jika seseorang telah mendapatkan Lailatul Qadar.
Terang beliau, kalau kita memperbanyak beribadah terus menerus di
sepuluh hari terakhir Ramadhan, tentu akan mendapatkan malam penuh
kemuliaan tersebut. Yang patut pula dipahami bahwa cara menghidupkan malam tersebut bisa
dengan mengerjakan shalat Isya, shalat tarawih (shalat malam) dan shalat
shubuh. Mengerjakan ketiga shalat ini dapat dicatat telah mengerjakan
shalat semalam suntuk.
Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
شَهِدَ الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ
وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ
لَيْلَةٍ
“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya berjamaah, maka baginya
pahala shalat separuh malam. Siapa yang melaksanakan shalat ‘Isya dan
Shubuh berjamaah, maka baginya pahala shalat semalam penuh.” (HR. Muslim no. 656 dan Tirmidzi no. 221).
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ بَقِيَّةُ لَيْلَتِهِ
“Sesungguhnya jika seseorang shalat bersama imam hingga imam
selesai, maka ia dihitung mendapatkan pahala shalat di sisa malamnya.” (HR. Ahmad 5: 163. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)
0 comments:
Post a Comment